TEORI-TEORI DALAM EKONOMI MONETER



Mari kita simak seputaran teori ekonomi moneter !

    Teori moneter adalah berbagai pemikiran dan konsep tentang berbagai variabel moneter, seperti uang, tingkat bungan, jumlah uang beredar, dan sejenisnya. Disamping itu, pembicaraan dalam teori moneter juga tidak dapat dilepaskan dari variabel ekonomi lainnya seperti inflasi, pendapatan nasional maupun nilai tukar.

    Seperti halnya dalam ilmu ekonomi, teori moneter juga menggunakan berbagai model, khususnya model persamaan matematis dan grafik, untuk menyederhanakan fenomena di lapangan dan memudahkan penjelasannya. 

A. Teori Permintaan Uang
    
Pada dasarnya nilai uang dapat diukur berdasarkan harga barang yang ada di sebuah negara. Dengan pemahaman ini, nilai uang dapat dibedakan menjadi :

- Internal Value of Money, menunjukkan jumlah komoditi yang dapat dibeli/diperoleh dengan sejumlah uang tertentu.
- External Value of Money, menunjukkan nilai suatu mata uang bila diukur dengan mata uang dari negara lain.

B. Teori Kuantitas Sederhana

    Teori ini termasuk teori klasik yang dikembangkan oleh David Hume pada tahun 1752. Inti dari teori ini adalah bahwa perubahan harga komoditi akan berbanding lurus secara proporsional dengan perubahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB). Jika JUB naik 2x maka harga komoditi akan naik 2x juga. Formulanya :
                               P = f (JUB)
Dimana : 
P = harga komoditi
JUB = jumlah uang yang beredar

    Asumsi yang mendasari teori ini adalah :
a. Uang hanya digunakan oleh masyarakat hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga-
jaga saja
b. Velocity uang dianggap tetap
c. Jumlah produksi komoditi (barang dan jasa) dianggap tetap, sesuai asumsi
perekonomian berada pada kondisi full employment.

    Kondisi Full Employment sendiri dilatarbelakangi oleh pemikiran ahli ekonomi klasik bernama JB. Say, yang mengatakan bahwa penawaran selalu akan menciptakan permintaan, sehingga perekonomian tidak akan pernah mengalami under emplyoment. Pendapat ini juga diperkuat oleh pandangan Adam Smith dengan invisible hand-nya. Apabila seseorang ingin bekerja tapi belum memperolehnya, maka ia akan menurunkan ‘tarif’-nya sampai ada pengusaha yang mau mempekerjakannya. Begitu pula bila ada pengusaha yang tidak dapat menjual seluruh hasil produksinya, maka ia akan menurunkan harganya sampai habis sisa produknya. 

C. Transaction Equation
    
    Teori ini berangkat dari penyempurnaan yang dilakukan terhadap teori moneter yang dikemukakan oleh Irwing Fisher dengan konsep utamanya :
                                  MV = PT 
Dimana :
M = jumlah uang
V = velocity, tingkat perputaran uang, yakni berapa kali suatu mata uang berpindah tangan
P = harga barang
T = jumlah barang yang menjadi objek transaksi

    Persamaan di atas dapat diartikan bahwa seluruh pembayaran masyarakat (MV)
dikatakan sebagai perkalian antara harga dan kuantitasnya atau volumen perdaganan yang terjadi di masyarakat (PT). Atau dengan kata lain, pembayaran oleh masyarakat identik dengan penerimaan pegusaha. Dalam teori klasik ini, dianggap bahwa motivasi masyarakat memegang uang adalah untuk transaksi dan berjaga-jaga.

    Persamaan tersebut juga bisa berubah menjadi :
                                 P = MV/T
Dengan demikian ada tiga faktor yang mempengaruhi harga komoditi, yakni Jumlah uang yang beredar (M), Veocity (V), dan Jumlah komoditi yang diperdagangkan.

    Permintaan uang untuk tujuan transaksi tersebut akan meningkat dikarenakan dua hal berikut ini :

- Perbedaan waktu antara penerimaan dan pengeluaran yang semakin besar
- Ketidaksempurnaan di dalam pasar kredit, karena jika pasar kreditnya baik maka masyarakat tidak memerlukan uang kas untuk menjembatani kekurangan ‘gap’ antara penerimaan dan pengeluarannya.

    Kelemahan-kelemahan dalam teori kuantitas ini adalah :

a. Dalam kenyataannya, perubahan jumlah uang yang beredar, tidak selalu langsung
berakibat pada perubahan penggunaan uang tersebut
b. Teori ini telah mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap perubahan
permintaan uang. Teori ini mengangap bahwa permintaan leih disebabkan karena
pendapatan, karena motivasinya adalah untuk transaksi, jadi tidak ada hubungannya dengan tngkat bunga.
c. Dalam masyarakat modern, velocity uang tidaklah stabil, karena ada banyak
alternatif yang bisa masyarakat pilih dari kelebihan uang yang dia miliki. 

D. Teori Kuantitas Modern

    Teori ini dipopulerkan dan dikembangkan oleh Milton Friedman, dengan mengatakan
bahwa permintaan uang itu sejalan dan identik dengan permintaan untuk komoditi tahan lama.

    Secara ringkas model persamaan yang diberikan ada kemiripan dengan model
persamaan kuantitas dari salah satu teori klasik, yakni :
                          M = k.Y = (1/v).Y
Dimana :
M = jumlah uang yang beredar
k = Besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian dari pendapatan/kekayaannya dalam bentuk kas
Y = pendapatan
V = velocity

    Kesimpulan dari teori kuantitas Friedman adalah :

1. JUB masih merupakan variabel kunci dalam penentuan kebijakan untuk
mengendalikan tingkat harga dan pendapatan
2. Inflasi dan deflasi dapat diatasi apabila perubahan JUB per unit output dapat dijaga
kenaikan atau penurunnya
3. Velocity JUB relatif masih stabil
4. Efektifitas kebijakan fiskal, dalam hal ini defisit APBN, masih dapat diatasi bila
dibiayai dengan pinjaman masyarakat, dan bukan dari penambahan pencetakan
uang

E. Teori Permintaan Uang Keynes

    Secara umum, Keynes menyetujui dua hal, yakni :
1. Motifasi masyarakat membutuhkan atau memegang uang adalah untuk transaksi
dan berjaga-jaga, dan ini tergantung dari pendapatan masyarakat tersebut. Umumnya masyarakat dengan pendapatan tinggi akan melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding masyarakat dengan pendapatan rendah.
2. Selain itu, masyarakat juga memiliki motivasi lainnya yakni untuk kepentingan
spekulasi, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga. Bagi Keynes, motivasi inilah yang lebih memberikan pengaruh pada perekonomian.

    Menurut Keynes, masyarakat memerlukan uang kas untuk transaksi dan berjaga-jaga,
karena :

a. Karena trnasaksi pengeluaran seringkali terjadi lebih dahulu dari
penerimaan/pendapatannya
b. Pengeluaran seringkali tidak dapat diperkirakan sebelumnya
c. Penerimaan yang diharapkan tidak jadi diterima
d. Pengeluaran yang terjadi sangat penting dan menguntungkan untuk dilakukan lebih
dahulu

    Motivasi untuk spekulasi
Motiv masyarakat memerlukan uang kas untuk spekulasi sangat dipengaruhi oleh
tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk memegang uang kas untuk tujuan spekulasi, Mengapa ? ……Karena Pertama, dengan tingginya suku bunga, biaya yang harus ditanggung masyarakat dengan memegang uang kas terlalu tinggi, sehingga masyarakat akan menguranginya.

    Kedua, Keynes memiliki hipotesis bahwa masyarakat memiliki anggapan akan adanya tingkat bunga normal, sehingga misalnya tingkat bunga yang saat ini ada dibawah tingkat bunga normal, maka masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga tersebut akan segera naik ke tingkat yang normal, dan karena tingkat bunga naik, harga surat berharga akan turun sehingga masyarakat akan menjualnya, dan akibatnya keinginan untuk memegang uang kas akan naik.




Sumber: http://arisbudi.staff.gunadarma.ac.id ( Aris Budi Setyawan)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer